SELAMAT DATANG DI WEBBLOG JARINGAN PENDIDIKAN DASAR SD/MI DAN SMP/MTS KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT INDONESIA

Pages

Rabu, 08 Februari 2012

KTSP

STANDAR NASIONAL : untuk lulus   ujian nasional banyak siswa  dan  guru  bekerja  sama   berbuat  tidak jujur, yang penting lulus, Orang tua  tidak kecewa anaknya  lulus dan guru  bebas  dari cercaan  tidak bisa mengajar,

Heboh Kasus Nyontek Massal dalam Ujian Sekolah Dasar

Heboh Kasus Nyontek Massal dalam Ujian Sekolah Dasar
Kasus di negeri yang menjunjung tinggi kebohongan dan menjauhi kejujuran
ilustrasi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidhah itu?” beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” ((Hadits dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Ya’la, dan Al-Bazzar, sanadnya jayyid/ bagus. Dan juga riwayat Ibnu Majah no 4026 dari Abu Hurairah. Lihat Kitab Fathul Bari, juz 13 halaman 84, shahih menurut Adz-Dzahabi dalam Talkhish ).
Di negeri ini, anak kecil-kecil sudah diajari menyontek (menjiplak) dalam ujian nasional Sekolah Dasar. Malah diajari?
Ya. Justru gurunya yang menyuruh. Lalu anak yang disuruh itu melapor ke orang tuanya, sedang orang tuanya mengungkapkannya.
Anehnya, pengungkap kasus curang itu justru kemudian diusir ramai-ramai oleh warga.
Inilah kasus di negeri yang menjunjung tinggi kebohongan dan memerangi kejujuran.
Inilah beritanya:
Kronologis Kasus Contek Massal Hingga Terjadinya Amuk Massa
JAKARTA – Kasus contek massal bermula dari pengakuan Alif pada Siami pada 16 Mei tentang adanya instruksi guru untuk memberikan contekan kepada teman sekelasnya selama Ujian Nasional SD, 10-12 Mei 2011. Siami kemudian mengadukan pengakuan tersebut kepada Komite Sekolah setempat. Lantaran menilai tidak mendapat respon memuaskan, Siami kemudian melapor masalah tersebut kepada Dinas Pendidikan.
Masalah tersebut sempat diceritakan Siami ke sebuah radio swasta lokal setempat. Pasca laporan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya membentuk tim independen untuk mengusut adanya kecurangan selama pelaksanaan UN di SD Gadel 2 pada Jumat (3/6). Dari temuan tim tersebut, contek massal terbukti terjadi selama pelaksanaan UN di SD Gadel 2.
Temuan tim independen tersebut dijadikan dasar Pemkot Surabaya untuk memberi sanksi pihak sekolah. Kepala Sekolah SD Gadel 2, Sukatman dan dua orang guru yakni Fatkhur Rachman dan Suprayitno diberhentikan melalui surat Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Surabaya per 6 Juni 2011. Sukatman mendapat sanksi dicopot dari jabatannya sebagai kepala sekolah dan golongan PNS diturunkan dari 4 A menjadi 3 D. Sementara kedua guru tersebut dilarang lagi mengajar dan diserahkan ke Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan setempat.
Adanya sanksi terhadap ketiga pendidik tersebut memicu emosi warga. Siami menjadi bulan-bulanan warga sekitar lantaran dinilai menjadi penyebab ketiga pendidik tersebut disanksi. Pada 9 Juni, sekolah bersama tokoh masyarakat setempat menggelar mediasi antara warga dan Siami di Balai RW Gadel. Dalam mediasi tersebut, Siami meminta maaf atas perbuatannya.
Permintaan maaf tersebut ternyata belum mampu meredam amarah warga. Untuk alasan keamanan, Siami dibawa ke kantor polsek Gadel pasca mediasi. Selang sehari kemudian, Siami mengungsi ke rumah keluarganya di Gresik.
Redaktur: Didi Purwadi
Reporter: C01
REPUBLIKA.CO.ID, Kamis, 16 Juni 2011 19:19 WIB
Bukan hanya di Surabaya, tetapi di Jakarta juga ada gejala iotu.
Inilah beritanya:
Dipaksa Sebarkan Contekan UN, Siswa SD Tak Takut Paparkan Kronologi
Kamis, 16/06/2011 11:10 WIB
Lia Harahap – detikNews
Jakarta – Rasa percaya diri siswa SDN 06 Pesanggrahan, Muhammad Abrari Pulungan, telah pulih lagi setelah sempat down saat dipaksa menyebarkan contekan Ujian Nasional (UN). Ia kini tidak takut lagi untuk memaparkan kronologi kejadian yang dialaminya.
Abrari tiba di ruangan asisten Kesejahteraan Masyarakat Pemprov DKI Jakarta lantai 23, Pemprov DKI Jakarta, Balaikota, Jakarta Pusat, Kamis (16/6/2011).
Abrari akan buka-bukaan soal dugaan pemufakatan jahat dalam UN di hadapan pejabat Pemprov DKI Jakarta.
Ia didampingi kedua orangtuanya, Aswari Pulungan dan Irma Winda Lubis dan Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, serta anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah.
Mereka diterima oleh asisten Kesejahteraan Masyarakat Pemprov DKI Jakarta, Mara Oloan Siregar, Wakil Kepala Dinas Pendidikan Agus Suradika, dan beberapa pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.
“Saya tidak takut hari ini karena saya ditemani Bunda sama Papa,” kata Abrari yang mengenakan baju kemeja kotak-kotak warna biru dan celana panjang warna krem.
Wajah anak yang berusia 12 tahun itu terlihat tenang. Siswa yang punya ranking di sekolahnya itu asyik bercakap-cakap dengan Arist terkait kronologi kejadian yang dialaminya tersebut.
“Tadi pagi sebelum ke sini dia nervous, takut. Tetapi, kita sebagai orang tua kasih dukungan pastinya. Saya bilang nggak usah takut. Kalau kamu benar, kamu tidak perlu takut. Yang perlu ditakuti cuma Tuhan,” kata sang bunda, Irma.
Dikatakan dia, pertemuan hari ini akan lebih banyak mendengar solusi dari pemerintah terkait penyelesaian kasus ini. “Kita akan menceritakan bagaimana kronologinya dan seserius apa pemerintah membahas dan menangani kasus ini,” ujarnya.
Pertemuan saat ini masih berlangsung secara tertutup.
Abrari dipaksa untuk memberikan bocoran jawaban kepada teman-teman sekelasnya. Pemufakatan jahat ini bahkan disusun sangat rapi dengan surat perjanjian untuk tidak mengungkap aksi ini antara siswa dengan oknum guru atas nama Aisyah.
Kejadian itu berlangsung pada tanggal 10 Mei 2011. Namun Disdik DKI Jakarta baru mendapat laporan tanggal 25 Mei 2011 mengenai dugaan kecurangan tersebut.
Abrari mengalami tekanan psikologis karena pemufakatan jahat dalam UN. Orang tua Abrari akhirnya melaporkan kasus pemaksaan tersebut ke Komisi Nasional Perlindungan Anak.
Kasus ini melengkapi kasus Siami, yang anaknya, Alif, ‘ditugaskan’ memberi jawaban pada rekan-rekannya saat UN. Seiring terbongkarnya kasus ini, Siami diusir dari kampung Gadel, Tandes, Surabaya.
(aan/nrl)
(detiknews.com/)
Kasus nyontek missal itu ditutup-tutupi dan dibantah, sebagaimana kasus-kasus lain. Maka inilah reaksi dari upaya menutupi itu:
CONTEK MASSAL
Sikap Inkonsisten Mendiknas Picu Polemik Baru
Jumat, 17 Juni 2011
SURABAYA (Suara Karya): Sikap Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh yang inkonsisten menyikapi polemik contek massal di SDN Gadel II Surabaya memantik reaksi banyak kalangan. Mereka menilai, seorang menteri tidak patut bersikap emosional dan terlalu reaktif menyikapi sebuah kasus, tanpa melihat langsung kondisi di lapangan.
Tudingan itu disampaikan pengamat pendidikan Surabaya, Isa Anshori, saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (16/6). “Harusnya Mendiknas tidak percaya begitu saja kepada para pembisik yang tidak memantau langsung kasus yang sebenarnya terjadi,” kata Isa yang juga Ketua Dewan Pendidikan Surabaya.
Seperti diberitakan, Mendiknas M Nuh yang Selasa lalu menengarai ada sontek massal dan berpeluang dilakukan ujian nasional ulangan, sehari berikutnya sudah berubah sikap. Menteri asal Surabaya itu berbalik menyatakan tidak ada contek massal di SDN yang sedang ramai menjadi perhatian publik tersebut.
Seharusnya, menurut Isa, semua pihak menahan diri, terutama Menteri Pendidikan selaku orang pemerintah pusat yang bertanggung jawab di dunia pendidikan Indonesia. Mendiknas tidak boleh grusa-grusu membuat keputusan sebelum mengumpulkan data yang benar-benar valid.
Isa Anshori, atas nama Hotline Pendidikan Jawa Timur, juga sudah melihat langsung hasil scanning ujian para siswa di tiga kelas SDN Gadel II yang masing-masing terdiri dari 20 siswa tersebut. “Faktanya ada contek memang iya, tapi memang tidak terpola,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini semua pihak sebetulnya sudah mendapatkan sanksi atas perbuatan tersebut. Selain kepala sekolah dan tiga guru yang sudah dicopot dari jabatan dan diturunkan pangkatnya, para murid SDN Gadel II juga dicap sebagai murid yang sontekan.
Masyarakat kawasan Gadel sebetulnya juga sudah mendapat sanksi yang tidak kalah berat. Mereka yang bertindak reaktif mengecam dan mengusir Ny Siami yang telah melaporkan kasus contek massal ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya itu dianggap sebagai kelompok masyarakat yang antikejujuran.
Di tempat terpisah, sosiolog Islam IAIN Sunan Ampel, Nur Syam, juga menyayangkan keputusan pemerintah yang dipandang belum tegas menyikapi polemik ini. “Harusnya tetap dilakukan ujian ulang sebagai bentuk sanksi atas pelanggaran yang terjadi,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah tidak bisa hanya sekadar berkomentar untuk menyikapi hal yang sedemikian vital seperti ini. Pelanggaran sontek-menyontek dalam ujian, meski untuk kepentingan prestasi atau kenaikan jabatan, tetap saja salah apabila dilakukan.
Saat ini, menurut dia, para siswa kelas VI SDN Gadel II yang sudah terkena beban secara psikologis itu harus direhabilitasi dengan ujian ulang. Meski demikian, materi soal yang diujikan tak perlu dibuat terlalu rumit. “Banyak profesor dan orang ahli bidang pendidikan yang bisa memformulasikan materi soal yang tak terlalu berat,” ucapnya.
Tanpa sanksi ujian ulang, Nur Syam yang juga Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya khawatir, sontek-menyontek, lepas dari apakah dilakukan secara massal atau tidak, nanti akan dianggap biasa oleh para siswa sekolah yang lain. “Mereka nantinya akan berkaca pada kasus SDN Gadel. Kasus yang sudah menasional seperti itu saja masih ditolelir pemerintah, apalagi kalau tidak sampai mencuat,” katanya. (Andira)
Hasil dari pendidikan yang dihiasi tingkah bohong itu hanyalah murid-murid yang tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah beritanya:

Lebih Takut CCTV Daripada Tuhan?

Kamis, 16 Juni 2011 – 13:27 WIB
KEJUJURAN di negeri ini semakin langka. Itu kata Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Bahkan kata Pramono, sering kali jika kita berkata jujur malah dituding bohong. Pujanggga Jawa Rangga Warsito mengatakan sekarang memang jaman edan. Yang benar disalahkan yang salah dibenarkan.
Tengoklah nasib Siami dan anaknya Alif. Manakala dia jujur mengungkapkan kebohongan, ternyata dia malah dicerca habis. Tidak cukup hanya di situ. Dia terusir dari rumahnya.
Tindakannya yang melaporkan kejadian contek massal ujian nasional di SDN Gadel II, Tandes, Surabaya, kepada Komite Sekolah, membuat dia dibenci orangtua murid yang lain.
“Kejujuran mahal sekali harganya. Apa yang dilakukan Ibu Siami bener-bener tulus. Beda kalau saya yang melakukan, pasti banyak yang berpikir tidak tulus, saya kan politisi,” kata Wakil Ketua DPR Pramono Anung, di DPR.
Untuk diketahui, peristiwa pengusiran orang Siami itu bermula dari kejadian mencontek massal di sekolah Alif, anak Siami. Alif sebagai anak terpandai di kelas, diminta oleh gurunya untuk memberi contekan kepada teman-temannya.
Sampai di rumah, Alif mengadu kepada ibunya, Siami. Lantas, Siami melaporkan kejadian itu kepada Komite Sekolah, namun tidak ditanggapi. Alhasil, berita itu tercium media dan menjadi berita yang sampai ke telinga Walikota Surabaya. Buntutnya, pendidik dan kepala SDN II Gadel diberi sanksi berat.
Bagaimana negeri ini mau maju jika sedak SD sudah dijejali kebohongan. Bahkan oleh guru yang seharusnya digugu dan ditiru agar berbuat jujur. Inilah akibat kesalahan pendidikan di negeri ini yang hanya bangga dengan selembar ijazah tanpa ada isinya. Berebut gelar sarjana, meski harus mencontek skiripsi orang lain. Untuk gelas S2 dan S 3 alias doktor begitu mudah diperoleh demi ada embel-embel di belakang nama.
Teringat ketika siswa SMA ternama di negeri ini mengadakan perpisahan. Sang kepala sekolah dengan bangga menyatakan bahwa tahun ini seluruh siswa SMA lulus 100 persen dengan nilai yang memuaskan.
Si Ibu Guru lalu bercerita bahwa pengawas dari sekolah lain yang mengawasi siswanya ikut UN mengaku bangga ketika melihat siswa tersebut tidak mau mencontek meski diberi kebebasan oleh pengawas. Pengawas sudah masa bodo apakah si anak itu mencontek. Ternyata tidak.
“Ibu Guru bangga kepada kalian. Memang meski tidak diawasi tetapi kan ada yang mengawasi, Ayo siapa yang mengawasi kalian?” tanya si Kepsek tersebut.
Jawab murid cukup mencengangkan. Semula ibu guru beharap bahwa muridnya akan menjawab yang mengawasi adalah Tuhan. Ternyata jawaban murid-murid adalah, “CCTV Ibu Guruuuuuu!!!”
Ya siswa tersebut memang lebih takut terhadap CCTV yang dipasang di setiap kelas. Sebab mereka tahu apapun yang mereka lakukan diawasi dari ruang monitor yang khusus dijaga guru pengawas. Wah..wah sulit untuk jadi jujur di negeri ini. (binsar) Poskota.
Gejala amat buruk
Itu semua merupakan gejala amat buruk yang telah diperingatkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika kasus itu sendiri diliputi aneka dusta, maka seperti peringatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidhah itu?” beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (Hadits dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Ya’la, dan Al-Bazzar, sanadnya jayyid/ bagus. Dan juga riwayat Ibnu Majah no 4026 dari Abu Hurairah. Lihat Kitab Fathul Bari, juz 13 halaman 84, shahih menurut Adz-Dzahabi dalam Talkhish ).
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَظْهَرَ الْفُحْشُ وَالتَّفَحُّشُ وَسُوءُ الْجِوَارِ وَقَطِيعَةُ الأَرْحَامِ ، وَحَتَّى يُخَوَّنَ الأَمِينُ وَيُؤَمَّنَ الْخَائِنُ.
المستدرك على الصحيحين للحاكم مع تعليقات الذهبي في التلخيص – (4 / 558)
تعليق الذهبي في التلخيص : صحيح
“Demi Allah,tidak akan terjadi kiamat sehingga tersebarnya kecabulan dan tindakan tidak senonoh, lingkungan tetangga yang buruk, putusnya tali silaturrahim, orang amanah dikhianati dan pengkhianat dipercaya.”(Al-Mustadrak ‘alash-Shahihain, Adzdzahabi mengomentari: shahih)
Ilustrasi foto agoyakeydner.blogspot.com
(nahimunkar.com)

Monday, March 7, 2011

Pelaksanaan UN/US Membentuk Karakter Manusia Tidak Jujur, Malas Baca, Mudah Nyontek dan Korup

Fenomena-fenomena yang dialami bangsa Indonesia dewasa ini antara lain:
1. Kita sulit mencari pegawai, kasir, rekan bisnis bahkan mencari calon pemimpin yang jujur. Kalaupun ada pemimpin yang jujur, orang-orang sekelilingnya banyak yang tidak jujur sehingga menghambat kinerja sang pemimpin. Ada kasus calon pemimpin berijazah palsu, suatu bukti ketidakjujuran moral yang harus dihukum seberat-beratnya.
2. Kita sangat maju dalam praktek demokrasi, tapi hanya dalam demokrasi prosedural untuk memilih presiden, gubernur, bupati/wali kota dan sebagainya, yang acapkali diikuti dengan kerusuhan dan perkelahian. Demokrasi di negara kita belum mampu mengambil manfaat substansial dari demokrasi itu sendiri, karena kekurangan pengetahuan, dan tidak jujur satu sama lain, saling curiga, saling tuduh.
3. Lulusan sekolah pada tingkat apapun selalu ingin menjadi PNS, tidak kreatif, malas baca dan kurang percaya diri.
4. Jika ada kesempatan/peluang selalu ikut kelompok untuk korupsi, tidak mungkin menolak ajakan menyeleweng dari kelompoknya. (korupsi berjama'ah=kasus suap BI).
5. Dunia pendidikan digunakan sebagai ajang promosi, beberapa daerah berusaha meningkatkan mutu pendidikan melalui tingkat kelulusan 100% yang dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara yang tidak terpuji adalah sedikit melonggarkan pengawasan dalam ujian, bila perlu guru membantu membuat jawaban kemudian dibagikan kepada siswa yang sedang di uji (ini sudah rahasia umum).

Usaha-usaha yang tidak lazim di atas, menyebabkan proses pendidikan yang dilakukan selama ini, mengarah kepada pembentukan watak, perilaku lulusan sekolah akan menjadi koruptor, tidak disiplin, tidak jujur, tidak bertanggung jawab, tidak percaya diri, dan lain sebagainya. Akibatnya bangsa kita sulit maju, para pakar menyatakan kita terpuruk dalam segala hal.

Salah satu upaya yang akan berhasil secara signifikan untuk merubah perilaku bangsa Indonesia ialah melalui proses ujian sekolah yang bersih dan jujur mulai dari tingkat bawah (SD) sampai tingkat S1, S2, dan S3. Selama ini telah bertahun-tahun negara kita melaksanakan ujian sekolah, apa yang terjadi?

Memang dunia pendidikan kita dikatakan carut marut, kusut dengan berbagai persoalan yang tidak kunjung selesai. Para pakar selalu memikirkan bagaimana mengurai benang kusut ini, darimana dimulai, simpul mana yang harus dibongkar? Kementrian Pendidikan sudah berusaha melakukan perbaikan kurikulum, menatar guru-guru, membenahi distribusi buku, proyek perpustakaan, meningkatkan dana pendidikan, memperbaiki manajemen sekolah, tapi semua ini tidak merubah keadaan.

Perilaku NYONTEK dalam proses ujian adalah simpul yang amat strategis yang perlu dibasmi dalam proses ujian dunia pendidikan kita. Kita harus mengembangkan suatu budaya DILARANG KERAS NYONTEK dalam ujian, dan harus diberikan sangsi berat dan tegas tidak pandang bulu.

Kalau diperhatikan fenomena ujian yang dihadapi oleh murid-murid dari SD-SLTP-SLTA-PERGURUAN TINGGI S1-S2-S3 dan sebagainya, selalu saja terbuka kesempatan, banyak peluang untuk nyontek. Murid sama murid nyontek, guru memberi kesempatan siswa nyontek, atau guru memberikan jawaban soal dalam ujian akhir nasional, mahasiswa S1, S2, S3 juga biasa nyontek. Di mana-mana selalu nyontek.

Pernah ada kasus, bahwa ada guru yang dilempari batu karena terlalu keras mengawas UN, guru ini menyalahi prosedur dan kebiasaan yang berlaku. Selama ini pengawas harus pura-pura tidak tahu bahwa para siswa nyontek. Jadi harus ada toleransi dari pengawas dan ini sudah biasa.

Pernah ada survey dengan memberi angket kepada para mahasiswa hasilnya, dan hasilnya sangat mengagetkan bahwa 100% mereka pernah nyontek dalam ujian. Lebih separoh diantaranya sering dan seringkali menyontek.

Akibat dari nyontek ini cukup jelas akan muncul perilaku, atau watak tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran, tapi rajin membuat catatan kecil-kecil untuk bahan nyontek, potong kompas, menghalalkan segala macam cara, dan akhirnya menjadi koruptor.

Proses ujian yang tidak membolehkan nyontek ini harus kita budayakan di lingkungan sekolah, dan perguruan tinggi, tidak ada peluang lagi untuk nyontek.

Alasan klasik mungkin muncul untuk membiarkan berkembangnya perilaku nyontek, yaitu murid kita terlalu banyak, dalam satu kelas ada 40-50 orang, sehingga tempat duduk terlalu dekat, mudah nyontek atau kerjasama. Untuk mengatasi ini, maka murid harus dibagi dua kelompok, dan menggunakan dua ruangan, hal ini bisa diatur. Yang penting tidak ada lagi peluang untuk tidak jujur dalam ujian.

Pengaruh dari pelaksanaan ujian seperti ini adalah, siswa akan belajar giat, guru akan mengajar lebih serius, anak-anak akan rajin membaca, kegiatan siswa akan fokus pada pelajaran (bukan pacaran, bukan tawuran, mencuri, bermain-main) tapi siswa mulai berdisiplin dan bertanggung jawab, dan orang tua tidak lagi mencampuri urusan pendidikan. Semua prestasi hasil belajar, adalah benar-benar "murni" mencerminkan kemampuan anak-anak mereka. Selanjutnya UN tidak dipersoalkan lagi, UN menjadi hal yang biasa, UN sangat diperlukan pengawasan yang ketat makin ditingkatkan, perilaku jujur akan menjadi budaya nasional kita khususnya budaya jujur dalam dunia pendidikan. Yakin, perubahan budaya ini akan mengurangi perilaku korup, uang negara bisa dihemat, gaji guru bisa naik.

Nah, mulai dari hal yang sederhana ini, kita akan bisa membangun generasi anak bangsa menjadi membanggakan dan sesuai dengan yang kita idam-idamkan. Alangkah indahnya jika budaya tidak dibenarkan atau HARAM HUKUMNYA NYONTEK, NYONTEK SAMA DENGAN MALING/MENCURI mulai diterapkan di negara kita. Ini suatu usaha mudah, dan hasilnya maksimal, mari kita coba.

Jadi dibutuhkan keberanian pemegang kekuasaan, untuk mendeklarasikan "MULAI HARI INI DILARANG NYONTEK" di semua sekolah dan Perguruan Tinggi. Deklarasi ini tidak melanggar hukum, tidak pula melanggar HAM, dan tidak perlu biaya. Para pemegang kekuasaan tak perlu sungkan, malu mendeklarasikan ini karena kita semua termasuk produk yang dulu juga pernah nyontek. Yang berlalu biarlah berlalu, kita sekarang menatap masa depan membangun bangsa yang bermoral, jujur, bisa dipercaya, kreatif, dan sebagainya. 

0 komentar:

DASAR PEMIKIRAN JARINGAN PENDIDIKAN DASAR SD/MI/SMP/MTS KABUPATEN KUNINGAN

Seluruh Sekolah Di Indonesia Terkoneksi Dengan Internet Khususnya di Kabupaten Kuningan Jawa Barat Seluruh Sekolah Terhubung Satu Sama Lain dalam Jaringan Internet dengan Nama Jaringan Pendidikan Dasar SD/MI/SMP/MTS Kabupaten Kuningan. Terciptanya Jalinan Komunikasi Antar Sekolah dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pendidikan Yang Bisa Meniadakan Perbedaan Sekolah Desa dengan Sekolah Kota,Siswa di Jenjang Pendidikan Dasar Dapat Mempertajam Pelajaran yang telah diberikan dikelas melalui Web Sekolah yang Telah di Isi Dengan Bahan Ajar Oleh Guru, dengan demikian betambahnya jam belajar siswa setiap hari sehingga memungkingkan terciptanya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak - anak Rakyat Kuningan.Pemerintah dapat Membuat skala prioritas pembangunan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah yang benar - benar rusak atau harus dibangun dengan cara Mudah yakni melalui ruang Publikasi fasilitas Pendidikan dalam Web Sekolah

PETA LOKASI JARINGAN PENDIDIKAN MENCAKUP SELURUH WILAYAH DI KABUPATEN KUNINGAN

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites